Jumat, 12 November 2010

Budidaya Ikan Lele


Budidaya Ikan Lele

Modal Kecil Untung BESAR

RAWASARI. PE – Persaingan usaha yang terbilang semakin ketat membuat kita harus jeli dalam memanfaatkan peluang, salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan dengan modal yang tidak terlalu besar saat ini yaitu usaha budi daya ikan lele.

Usaha jenis ini menjadi pilihan dikarenakan ternak ikan lele relatif lebih mudah apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas atau mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan.

Arifin (45) warga Rawasari yang beternak lele sejak 4 tahun belakangan ini mengaku hanya memanfaatkan lahan yang ada di depan rumahnya. “Memang tanah ini bukan milik saya, tapi ‘kan sayang kalau tanah itu dibiarkan saja. Oleh karena itu saya memberanikan diri untuk menjalankan ternak lele disana. Kalau tanah itu akan dimanfaatkan pemiliknya itu urusan belakangan,” ungkap ayah tiga orang anak ini kepada Palembang Ekspres kemarin (12/11).

Yang pertama kali dilakukan untuk budidaya ikan lele ini diperlukan kolam ikan, yang harus dilakukan yaitu proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi pengeringan, pengapuran, hingga perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). Kesemua hal ini dilakukan untuk membuat kolam akan untuk menjadi lahan yang sehat bagi ikan lele yang akan diternakkan.

Pengeringan dilakukan untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit, kemudian dilakukan pengapuran dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.

“Setelah itu perlakuan TON untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan, kemudian barulah air dapat dimasukkan,” terangnya.

Pemasukan air ini dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele. Untuk modal awal, ia mengaku selain untuk persiapan lahan (kolam, Red) ia mengeluarkan uang untuk membeli bibit ikan lele sekitar Rp 1,5 juta. Bibit ikan ini didapatkannya dari daerah Sembawa, Musi Banyuasin. Bermodal itulah, ia menggunakan sistem pembenihan dengan salah satu sistem yang biasa digunakan, yaitu sistem massal.

Ia menjelaskan sistem ini dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.

“Sebenarnya masih ada dua cara pembenihan lain yaitu Sistem Pasangan, yaitu menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Sedangkan yang terakhir yaitu Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi). Namun diantara semuanya yang paling mudah dilakukan yaitu sistem massal,” ungkapnya sambil menghisap rokok kreteknya.

Setelah itu dilakukan, ia melanjutkan, penyediaan beberapa kolam sangat diperlukan, memang terlihat ada 4 kolam galian yang telah disekat dengan jaring, hal ini dilakukan untuk pemilahan. Ada beberapa jenis kolam yang akan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya, antara lain Kolam tandon yang berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton yang merupakan kolam utama. Kolam ini dapat disesuaikan ukurannya dengan luas lahan. Ia sendiri mengaku hanya membuat kolam dengan ukuran 4x2 meter.

Selain itu harus ada kolam Kolam pemeliharaan induk yang digunakan untuk Induk jantan dan betina selama masa pematangan telur dan sel sperma. “Setelah dirasa cukup, sekitar 2-3 minggu setelah di kolam ini kemudian induk ini dimasukkan lagi ke kolam pemijahan, kolam ini merupakan tempat perkawinan induk jantan dan betina. Kolam ini juga harus dilengkapi dengan sarang pemijahan yang terdiri dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina,” ulasnya.

Kemudian setelah bertelur dan menetas maka setelah 3-4 hari anakan lele harus dipisahkan, karena pada umur tersebut anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya. Kemudian untuk indukan yang telah berusia sekitar 3-4 bulan dapat dipanen, dan anakan lele dapat kembali dibesarkan.

Khusus untuk pakan, ia mengaku tidak terlalu banyak mengeluarkan budget, karena ikan lele termasuk ikan yang dapat memakan apapun. Perbulannya ia hanya mengeluarkan budget dengan kisaran antara Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu untuk pembelian pakan buatan yang dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

“Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari. Setelah itu dapat diberikan nutrisi tambahan yang tinggi kadar proteinnya,” jelasnya yang mengaku mendapatkan keuntungan antara Rp 5 juta hingga Rp 6 juta dari setiap panen yang dihasilkan dari tambaknya yang bisa dikatakan sempit.

Sedangkan untuk pemasaran, ia mengatakan ikan-ikan yang telah dipanen akan dipasarkan ke pengusaha makanan khususnya ke pedagang pecel lele dan sebagian ke pasar induk Jakabaring. Ia mengaku kalau untuk pemasaran ini lebih ke rekan yang ia memang telah kenal. MAT


MODAL AWAL

Persiapan lahan : Rp 1.500.000*

Benih lele : Rp 1.500.000*

Perawatan : Rp 500.000+

Jumlah : Rp 3.500.000


Penghasilan per panen Rp 5 juta – Rp 6 juta

*) modal awal ini hanya dikeluarkan untuk pertama kali. Selain itu semua perhitungan ini berdasarkan perhitungan kasar yang dilakukan Palembang Ekspres.


(Diterbitkan di Harian Umum Palembang Ekspres, Sabtu (12/11))

Foto: Rahmat/Palpres/JPNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar